Pages

Wednesday, July 7, 2021

Penghitungan dan Pengukuran



TAHAPAN penghitungan dan pengukuran dalam pendekatan kuantitatif selalu menyertai variabel (baca: Variabel dan Hipotesis). Ketika variabel telah ditetapkan, hal selanjutnya adalah mengumpulkan sebanyak mungkin data yang diperlukan dari variabel-variabel tersebut. Pengumpulan dilakukan dengan berbagai cara (baca: Teknik Pengumpulan Data). Dalam proses pengumpulan data tersebutlah penghitungan dan pengukuran dilakukan. Cara melakukannya merujuk pada definisi operasional yang telah ditetapkan. Berikut ini pengantar ringkas tentang hal-hal terkait penghitungan dan pengukuran.

Definisi operasional. Secara sederhana, definisi operasional dapat dijelaskan sebagai petunjuk atau cara menghitung/mengukur sebuah variabel. Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui tingkat penggunaan media sosial remaja di sebuah kota. Sebelum melakukan penelitian, dia harus terlebih dahulu menjelaskan definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut, antara lain: tingkat penggunaan dan media sosial. Bisa saja dia mendefinisikan kedua variabel tersebut seperti ini:
tingkat penggunaan adalah frekuensi dan durasi remaja mengakses media sosial dalam sehari.
media sosial adalah akun pribadi remaja di facebook dan twitter.

Dalam contoh tadi, media sosial masuk dalam kelompok variabel kategoris. Karena itu si peneliti cukup menghitung, berapa banyak remaja yang menggunakan facebook dan twitter. Namun dalam untuk variabel tingkat penggunaan, peneliti harus mengukur frekuensi (misalnya, berapa kali dalam sehari) dan durasi (berapa menit dalam sehari).

Secara umum, tingkat pengukuran dapat itu ada empat: nominal, ordinal, interval, dan rasio. Jenis data yang diperoleh mengikuti tingkat pengukuran yang dilakukan atas sebuah variabel. Misalnya, variabel yang diukur dengan menggunakan tingkat pengkuruan rasio, akan menghasilkan data rasio, bukan data nominal. Demikian pula sebaliknya, tingkat pengukuran nominal, tidak akan pernah dapat menghasilkan jenis data rasio.

Tingkat Pengukuran. Tipologi ini pertama kali diperkenalkan oleh S.S. Stevens pada 1946. Dia membagi tingkat pengukuran menjadi ukuran: nominal, ordinal, interval, dan rasio.

a). Nominal. Ini merupakan ukuran yang paling sederhana karena variabel cukup dikelompokkan dalam kategori-kategori tertentu. Saya lebih suka menyebutnya sebagai teknik penghitungan, bukan pengukuran. Misalnya, variabel janis kelamin. Responden cukup dikelompokkan dalam dua kategori: lakilaki dan perempuan. Setelah dikelompokkan, peneliti lalu melakukan penghitungan. Kalaupun ada angka Tingkat pengukuran nominal tidak mengisyaratkan bobot. Misalnya, lakilaki diberi kode 1 dan perempuan ditandai dengan angka 2. ini bukan berarti bobot perempuan lebih besar daripada lakilaki. Angka-angka itu sekedar sebagai penanda.

b). Ordinal. Sedikit lebih tinggi daripada nominal, pengukuran ordinal sudah mengisyaratkan adanya perbedaan antara satu nilai variabel dengan lainnya. Perbedaan tersebut tidak absolut, tetapi relatif. Misalnya, seorang peneliti ingin mengukur tingkat terpaan program film kartun televisi terhadap anak-anak. Responden yang menonton di atas 2 jam dalam sehari, dikelompokkan dalam kategori tinggi. Yang menonton antara 1 sampai 2 jam masuk dalam kategori sedang. Adapun yang menonton kurang dari 1 jam dianggap berada dalam tingak terpaan rendah. Tinggi, sedang, dan rendah itu adalah tingkat pengukuran ordinal.

c). Interval. Kalau ordinal lebih menekankan pada tingkatan, pengukuran interval menambahkannya dengan jarak yang jelas. Misalnya, variabel tingkat pendidikan. Responden yang hanya menyelesaikan pendidikan pada jenjang sekolah dasar, tentu bobotnya berbeda dengan responden yang menyelesaikan studi doktoralnya. Peneliti bisa merentangkan kateroti tingkat pendidikan menjadi: (0) tidak sekolah, (1) Pendidikan Usia Dini dan Taman Kanak-kanak, (2) Sekolah Dasar, (3) Sekolah Menengah Pertama, (4) Sekolah Menengah Umum, (5) Diploma, (6) Sarjana - Strata 1, (7) Magister - Strata 2, dan (8) Doktor - Strata 3. Dengan kategori penilain ini, jarak antara jenjang sekolah dasar dan studi doktoral, sangat jelas.

d). Rasio. Tingkat pengukuran yang paling tinggi adalah rasio. Di sini tidak sekedar kategori, urutan dan jarak yang dapat ditemukan. Bobot data pun dapat terlihat karena setiap variabel yang diukur memiliki nilai titik acuan mutlak (yaitu nol). Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui tingkat ekonomi pembaca sebuah koran. Peneliti mendefinisikan variabel tingkat ekonomi sebagai jumlah total penghasilan pembaca koran tersebut selama sebulan dalam satuan rupiah. Dari sini akan ada nilai acuan yaitu Rp 0,- (Nol Rupiah). Perbedaan antara data jumlah penghasilan yang diperoleh dari satu responden dengan responden lain tidak sekedar menunjukkan urutan dan jarak, tetapi juga bobot.***

Saran Pustaka
  • Metode Penelitian Survai ~editor Masri Singarimbun dan Sofian Effendi
  • Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi ~Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah

No comments:

Post a Comment